Engkau yang Disini



“Hei... kalian yang ada disana, apa yang kalian lakukan disana? Cepatlah kesini!!!” Aku membutuhkan energi jasmani, rohani, akal dan pikiranmu. Dan yang paling penting adalah hatimu untukku disini. Dalam imajinasi dan khayalku aku berpikir, mungkinkah ini teriakan negeriku kepada mereka-mereka yang tak kunjung kembali ke bumi Indonesia?
Jika memang ini adalah jeritannya, maka aku adalah orang yang paling kecewa. Karena aku yang sudah hampir 19 tahun lebih hidup, tinggal, menggantungkan makan, dan minum di negeri ini merasa tidak berguna apa-apa di negeri sendiri. Aku tidak bisa bermanfaat untuk negeriku sendiri yang telah memberikan banyak hal untukku. Aku adalah orang yang paling malu karena teriakannya ini. Sejak aku masih di bangku taman kanak-kanak hingga sekarang aku sedang menempuh bangku kuliah, aku merasa sangat bersalah dengan hal ini. Bertahun-tahun biaya pendidikanku diberikan dari subsidi rakyat Indonesia, dengan tujuan membawa Indonesia menjadi lebih baik, lebih maju dan lebih makmur tentunya. Akan tetapi, aku belum bisa memberikan apa-apa untuk negeri yang selalu memberikan segala yang aku butuhkan. 
Aku tahu banyak sekali kecacatan yang ada di negeri ini, tetapi inilah negeri kami, tumpah darah kami, tanah air kami yang akan selalu berada dalam relung hati kami. Aku bangga dengan negeriku ini, karena kami negeri yang berbeda. Kami bisa hidup dari laut darat, kami memiliki pandangan hidup, yaitu pancasila yang berasal dari kepribdian bangsa kami sendiri. Aku bangga dengan negeriku, jika ada negara yang menyebut negaranya sebagai My Mother Land and My Father Land, tetapi hanya satu di dunia ini yang menyebut negerinya dengan sebutan “Tanah Airku”. 
Hei, para penuntut ilmu, aktivis organisasi dengarlah seruan negerimu ini. Negerimu memberikan pendidikan yang nyaman kepadamu bukan hanya untuk kau belajar tanpa mengamalkan, bukan hanya sibuk organisasi, rapat kesana-kemari melupakan belajar. Tetapi, negerimu ingin perbedaan, tidak hanya perubahan. Perbedaan yang lebih nyata menuju arah kebaikan,kesejahteraan rakyat,kemakmuran, keadilan,kesatuan, keanekaragaman, dan masih banyak lagi. Sungguh malu diriku pada negeri ini, aku hanya menuntut dan meminta tanpa memberi. Aku malu, karena apa yang telah aku dapat selama lebih kurang 19 tahun ini masih belum dapat aku terapkan. 
Semua itu ada ilmunya. Menuntut ilmu itu tidaklah mudah, butuh perjuangan keras untuk mendapatkan manisnya ilmu. Itulah mengapa Allah meninggikan beberapa derajat lebih tinggi kepada orang-orang yang berilmu. Generasi muda, mari bangkit bersama, think big about this country, think big for it’s future, so we can feel how much we are needed. 
Kita yang masih di negeri ini sudah sepantasnya menjaga , mengelola apa yang ada di dalamnya bukan orang luar yang tidak jelas darimana. Dan kita tidak bisa menunggu, mereka-mereka yang terlanjur pergi dari negeri ini memilih negeri yang lebih baik di matanya. Perbaedaan untuk kebaikan tidak bisa menunggu, sebagaimana seseorang yang sedang sakit parah harus segera mungkin dioperasi dan tidak bisa menunggu. Kita yang disini, mari buat satu langkah kebaikan untuk negeri ini lebih baik. 
Semua orang yang ada di negeri ini lebih berhak untuk menata Indonesia.

Comments

Popular Posts