Persimpangan

Hidup. Iya, benar adanya saat ini kau hidup. Kau hidup di dunia yang tak pernah kau tahu waktu berakhirnya. Iya, benar, benar adanya kau akan hidup di dunia lain yang sudah Dia janjikan untukmu. Persimpangan. Persimpangan ini baik, menurut logika mereka. Apapun yang akan dipilih daripada persimpangan itu hasilnya akan baik. 

Persimpangan ini semakin terasa saat sahabat - sahabatmu sudah memiliki jalannya masing-masing. Persimpangan yang dahulu sangat mudah baginya untuk dijalani saat dia masih memakai seragam putih abu-abu. Apakah terlalu lama dia merasakan kenyamanan di persimpangan itu? 

Dunia dan Akhirat adalah dua hal yang dicobanya untuk mengimbangi. Tak ingin ada timbangan berat salah satunya. Tidak ingin hanya mengejar kehidupan dunia atau akhirat saja. Jiwanya ingin berjalan bersama keduanya. Tidak ingin memilih. Jangan dipaksa untuk memilih. Jiwa itu bukan robot yang tak berperasaan. Persimpangan ini terasa begitu berat saat dijalani sendiri. 

Seorang pemimpi besar yang berjalan di atas padang pasir. Tak tahu arah kemana menuju. Yang dia tahu hanyalah kehidupan ini dan Tuhannya. Berusaha mewujudukan impian-impian masa kecilnya di kehidupan ini dengan tetap bersama sang penciptanya. Tetapi, itu semakin sulit dan berat baginya. Hilang kepercayaan terhadap sahabat, dan rendah diri terhadap dirinya sendiri. Dia berada di persimpangan. Dia ingin pula menjadi kekasih Tuhannya, tapi dia juga ingin mewujudkan impian-impian besarnya. Dia memiliki kedua sahabat itu. Sahabat yang ingin menjadi kekasih Tuhannya dan sahabat yang ingin mewujudkan impian-impian besarnya. 

Dia rindu dengan sahabat-sahabatnya yang dahulu. Yang bersemangat untuk keduanya. Yang selalu mengingatkan untuk keduanya. Yang berjalan bersama untuk keduanya. Dia merindukan sosok yang bisa diajak untuk berdiskusi soal keduanya. Tapi, semua itu tak nyata, semua itu tak ada. Sekarang hanyalah tinggal kenangan. Sekarang aku mengerti, kenapa lagu-lagu yang bertemakan keangan masa lalu selalu bernada sendu, sedih dan menangis. Ketika semua hal baik yang dikerjakan bersama-sama itu berlalu dan tinggalah menjadi sebuah memori dalam ingatanmu sendiri, bukan ingatan mereka yang kau ingat, memang sangat menyakitkan dan mendidihkan hati.

Inilah saatnya pemimpi itu berjalan sendiri di atas kakinya. Tanpa kawan - kawannya seperti dahulu. Sekarang dia sendiri yang harus membawa mimpi besar mereka. Dia sedang mengumpulkan kepercayaan dirinya yang memudar, kembali fokus pada apa yang dia putuskan sebagai mimpi besarnya itu.  Persimpangan yang melemahkannya, sekarang dia mencoba keluar perlahan darinya, dia mulai mengerti apa yang perlu dan tak perlu dia lakukan. 

Semoga Tuhan memeluk mimpi-mimpinya dan segera menurunkan mimpi itu kepadanya.




Comments

Popular Posts